Sekilas.co – Pengisian bahan bakar minyak (BBM) pada kendaraan tidak boleh dilakukan sembarangan karena setiap mesin memiliki kebutuhan bahan bakar yang berbeda sesuai spesifikasinya. Misalnya, mesin bensin tidak boleh diisi dengan solar, begitu pula sebaliknya. Bahkan untuk sesama mesin bensin, terdapat pilihan jenis bahan bakar dengan angka oktan atau RON yang berbeda, mulai dari RON 90, RON 92, hingga RON 95 dan seterusnya. Setiap level BBM tersebut dirancang menyesuaikan rasio kompresi mesin agar mampu menghasilkan tenaga secara optimal.
Jamaludin, Head of Nissan Academy PT Nissan Motor Indonesia (NMI), menjelaskan bahwa kualitas BBM, khususnya nilai oktan, wajib disesuaikan dengan kebutuhan mesin. Semakin tinggi kompresi mesin, maka semakin tinggi pula nilai oktan yang dibutuhkan. Ia mencontohkan pada mesin Nissan X-Trail e-Power yang memiliki rasio kompresi 1:14, sehingga minimal harus menggunakan bensin dengan RON 95.
Menurut Jamal, penggunaan BBM dengan spesifikasi di bawah rekomendasi pabrikan bisa memicu gejala ngelitik pada mesin. Ngelitik adalah tanda bahwa proses pembakaran di ruang bakar tidak berlangsung sempurna. Kondisi ini membuat tenaga mesin berkurang, konsumsi bahan bakar tidak efisien, serta emisi gas buang meningkat.
Hal senada disampaikan oleh Paryudi, Technical Leader Nasmoco Bantul. Ia menambahkan bahwa nilai oktan pada bensin menentukan ketahanannya terhadap panas di ruang bakar. Semakin tinggi angka oktan, semakin besar pula kemampuan bensin menahan gejala knocking atau ngelitik. Knocking sendiri terjadi ketika campuran bensin dan udara terbakar lebih cepat dari seharusnya, bahkan sebelum piston mencapai titik mati atas atau sebelum busi memercikkan bunga api. Akibatnya muncul suara ketukan atau hentakan di dalam mesin.
Paryudi menegaskan, mesin dengan kompresi tinggi sangat berisiko mengalami knocking jika diisi bensin dengan oktan rendah. Ledakan dini di ruang bakar bisa menimbulkan suara ngelitik sekaligus mengurangi tenaga mesin. Karena itu, untuk mesin dengan kompresi tinggi disarankan minimal menggunakan bensin RON 92, bahkan lebih baik RON 95 atau RON 98 agar pembakaran lebih sempurna.
Jika dibiarkan, knocking bukan hanya mengurangi performa kendaraan, tetapi juga bisa menimbulkan kerusakan serius pada komponen mesin. Getaran berulang akibat detonasi bisa mengikis dinding silinder, merusak piston, hingga menurunkan kompresi mesin seiring waktu. Selain itu, beban berat dari hentakan di ruang bakar juga mempercepat keausan pada komponen penting lain, seperti metal duduk, metal jalan, hingga poros engkol.
“Dari sisi performa, mesin yang tidak mendapat BBM sesuai spesifikasi akan kehilangan tenaga, responsnya menjadi lebih lemah, dan emisi gas buang ikut meningkat,” tutur Paryudi. Karena itu, memilih BBM yang tepat sesuai rekomendasi pabrikan menjadi langkah penting untuk menjaga keawetan mesin sekaligus memastikan kendaraan tetap bertenaga dan efisien.





