Sekilas.co – Merek mobil listrik lokal Polytron terus menunjukkan keseriusannya dalam mengembangkan industri kendaraan listrik di Indonesia. Tidak hanya berhenti pada proses perakitan kendaraan secara lokal, perusahaan teknologi asal Kudus, Jawa Tengah, itu kini mulai bergerak ke arah pembangunan ekosistem pendukung yang lebih lengkap dan berkelanjutan.
Salah satu langkah besar yang tengah dipersiapkan adalah pembangunan fasilitas perakitan battery pack di dalam negeri, sebuah komponen vital yang menentukan performa, daya tahan, dan efisiensi kendaraan listrik.
Commercial Director Polytron, Tekno Wibowo, mengungkapkan bahwa meski Polytron G3, mobil listrik perdana mereka, sudah dirakit lokal di pabrik Handal, sebagian besar komponen utama, termasuk baterai, masih dipasok dari China.
Hal ini cukup wajar mengingat industri baterai kendaraan listrik Indonesia masih dalam tahap awal pengembangan. Namun, Polytron melihat peluang besar untuk melakukan lokalisasi, sekaligus mengurangi ketergantungan impor dalam jangka panjang.
“Kami memang bekerja sama dengan Gotion. Tapi pada dasarnya komponen baterainya tetap dari China, sementara proses perakitannya dilakukan di sini. Ke depan, kami berencana membuat fasilitas perakitan baterai sendiri, kemungkinan mulai tahun depan,” ujar Tekno kepada wartawan saat ditemui di Jakarta, Rabu (19/11/2025).
Rencana tersebut menandai ambisi Polytro untuk memperkuat posisi mereka sebagai produsen kendaraan listrik Indonesia yang tidak hanya mampu merakit, tetapi juga memproduksi komponen-komponen strategis secara lokal.
Tekno menjelaskan bahwa Polytron akan mengimpor sel baterai, lalu merakitnya menjadi battery pack di fasilitas yang akan dibangun. “Untuk merakit battery pack, tentu kami tetap mengimpor sel baterainya. Mengenai investasi, tentu ada, dan sekarang sedang kami kalkulasikan,” tambahnya.
Selain itu, Tekno memberi sinyal bahwa tahun depan Polytron akan menghadirkan sejumlah terobosan baru. Hal itu dapat berupa peluncuran produk kendaraan listrik generasi baru, teknologi pengisian daya yang lebih efisien, hingga pengembangan jaringan pelayanan purna jual yang lebih luas. “Tahun depan akan ada kejutan dari kami,” ujarnya.
Penjualan Polytron G3 Terus Meningkat
Sejak diluncurkan pada Mei 2025 dan mulai didistribusikan ke konsumen pada Juli 2025, mobil listrik Polytron G3 menunjukkan performa penjualan yang kian positif. Kendaraan ini menjadi salah satu alternatif mobil listrik dengan harga terjangkau, sehingga menarik perhatian banyak konsumen yang sedang mempertimbangkan peralihan ke kendaraan listrik.
Tren penjualan Polytron G3 semakin terlihat pada kuartal akhir 2025. Berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), pada Oktober 2025 tercatat 103 unit Polytron G3 telah terjual. Angka tersebut melonjak drastis dibandingkan penjualan bulan September yang hanya mencapai 29 unit secara retail. Jika ditotal sejak distribusi pertama pada Juli 2025 hingga Oktober 2025, Polytron telah berhasil mengirimkan 150 unit mobil listrik ke berbagai daerah di Indonesia.
Lonjakan penjualan ini menjadi sinyal positif bahwa masyarakat mulai memberi perhatian lebih terhadap merek lokal, terutama yang menawarkan kualitas dan fitur yang mampu bersaing dengan produk impor. Namun, Tekno menyadari bahwa jumlah tersebut masih jauh dari cukup untuk bersaing ketat di pasar otomotif nasional yang didominasi brand besar dari Jepang, Korea, hingga China.
“Kami senang melihat respons pasar yang semakin baik. Tapi tentu saja masih banyak PR yang harus kami selesaikan agar Polytron bisa bersaing lebih lama dan lebih kuat di industri otomotif Indonesia,” ungkap Tekno.
Lokalisasi Battery Pack, Langkah Strategis Jangka Panjang
Rencana pembangunan fasilitas perakitan battery pack dianggap sebagai langkah krusial dalam memperkuat daya saing Polytron. Dengan merakit battery pack sendiri, perusahaan bisa menekan biaya produksi, mengontrol kualitas komponen lebih ketat, mempercepat proses distribusi, hingga membuka peluang kolaborasi dengan institusi riset lokal.
Lebih jauh lagi, langkah ini sejalan dengan fokus pemerintah Indonesia yang tengah mendorong industrialisasi kendaraan listrik dan baterai nasional. Dengan adanya fasilitas lokal, Polytron dapat menjadi salah satu pemain awal yang ikut membangun ekosistem kendaraan listrik dari hulu ke hilir.
“Saat ini kami masih mengimpor baterai sepenuhnya. Tetapi kalau nanti kami berhasil merakit battery pack sendiri, skala produksinya bisa semakin besar dan biaya produksi bisa lebih efisien,” kata Tekno.
Jika rencana Polytron terealisasi, perusahaan ini bisa menjadi pionir produsen mobil listrik lokal yang benar-benar memiliki kemampuan manufaktur yang lebih lengkap, tidak sekadar memasang atau merakit komponen impor.
Persaingan Ketat, Namun Polytron Optimistis
Industri mobil listrik di Indonesia semakin ramai oleh kehadiran pemain besar seperti Wuling, BYD, Hyundai, dan MG. Namun Polytron percaya memiliki ceruk pasar tersendiri, terutama di segmen kendaraan listrik kompak yang terjangkau.
Dengan meningkatnya minat masyarakat terhadap kendaraan listrik, dukungan pemerintah berupa insentif, serta semakin luasnya infrastruktur pengisian daya, Polytron optimistis bisa terus meningkatkan penjualan di tahun-tahun mendatang.
Ke depan, strategi Polytron akan fokus pada ekspansi jaringan dealer, peningkatan layanan purna jual, serta inovasi teknologi yang semakin relevan dengan kebutuhan masyarakat Indonesia.





