Sekilas.co – Perusahaan otomotif multinasional Stellantis secara resmi mengumumkan penghentian produksi truk listrik RAM 1500, dengan pertimbangan bahwa laju penjualan kendaraan listrik berkapasitas besar tidak sesuai ekspektasi dan cenderung melambat.
Meskipun demikian, Stellantis menegaskan akan tetap mempertahankan nama RAM 1500 sebagai bagian dari strategi lini produk mereka. Dalam siaran pers yang dikutip dari The Verge pada Sabtu (13/9), perusahaan juga menyampaikan rencana perubahan nama pada model truk pikap Range-Extended Electric Vehicle (REEV) Ramcharger yang kini akan dipasarkan dengan nama baru RAM 1500 REV.
“Kendaraan ini akan menjadi tolok ukur baru di kelas truk setengah ton, dengan menawarkan jangkauan lebih luas, kemampuan menarik beban berat, serta performa muatan yang lebih unggul dibanding kompetitornya,” demikian pernyataan resmi Stellantis.
RAM 1500 REV pertama kali diperkenalkan ke publik dalam ajang New York Auto Show 2023, dan awalnya dijadwalkan mulai dipasarkan pada paruh pertama tahun 2024. Namun, rencana tersebut ditunda hingga tahun 2026 karena adanya penyesuaian strategi perusahaan. Pada periode itu, Stellantis menyebutkan bahwa fokus utama mereka adalah peluncuran varian truk hibrida Ramcharger berbahan bakar bensin, meski kemudian proyek ini juga mengalami penundaan.
Keputusan penghentian produksi RAM 1500 REV muncul tidak lama setelah CEO Stellantis, Carlos Tavares, mengundurkan diri, menyusul menurunnya performa penjualan global perusahaan yang cukup signifikan. Situasi ini membuat Stellantis menjadi salah satu dari sejumlah produsen otomotif besar yang pada tahun ini menunda atau bahkan membatalkan sebagian rencana ekspansi kendaraan listriknya.
Kondisi pasar semakin menantang setelah pemerintah federal Amerika Serikat mencabut insentif pajak dan subsidi yang sebelumnya diberikan untuk mendorong pembelian kendaraan listrik. Akibatnya, para produsen harus lebih berhati-hati dalam menentukan jumlah produksi karena risiko perlambatan penjualan semakin besar.
Penjualan truk listrik besar seperti Ford F-150 Lightning, Rivian R1T, dan Tesla Cybertruck pun dilaporkan berjalan lebih lambat dari perkiraan awal. Salah satu tantangan utama adalah penurunan jarak tempuh ketika truk digunakan untuk menarik atau mengangkut beban berat, yang membuat konsumen ragu beralih sepenuhnya dari truk konvensional ke versi listrik.
Selain itu, truk listrik dengan dimensi besar juga membutuhkan baterai berkapasitas tinggi yang lebih besar dan berat, sehingga mendorong biaya produksi menjadi lebih mahal. Hal ini pada akhirnya berdampak langsung pada daya saing harga di pasaran, yang membuat model seperti RAM 1500 REV semakin sulit menembus target penjualan.





